Butik Musik : Jogja Hip Hop Foundation
[Hot Profile]
Tim Butik Musik beberapa
hari yang lalu sempat mengunjungi salah satu Kota di daerah Jawa Tengah,
tepatnya Kota Jogjakarta. Selain terkenal dengan beberapa makanan
tradisionalnya, Jogjakarta juga terkenal dengan para seniman-seniman yang
berbakat.
Kami mendapat
kesempatan melakukan interview dengan salah satu musisi yang mengangkat nama
Jogja hingga ke mancanegara, Jogja Hip Hop Foundation.
Nama tersebut bagi orang Jogja sudah tidak asing lagi. JHF sendiri itu terbentuk secara kolektif, tepatnya pada tahun 2OO2 di acara Poetry Battle. Ada sekitar 50 grup yang masuk kedalam acara tersebut, kemudian kegiatan Poetry Battle yang kedua diadakan kembali.
Nama tersebut bagi orang Jogja sudah tidak asing lagi. JHF sendiri itu terbentuk secara kolektif, tepatnya pada tahun 2OO2 di acara Poetry Battle. Ada sekitar 50 grup yang masuk kedalam acara tersebut, kemudian kegiatan Poetry Battle yang kedua diadakan kembali.
Tetapi
penggemarnya semakin lama semakin menurun, dan yang tersisa hanya tinggal tiga
group hip-hop.Poetry Battle merupakan proyek dari CCF Lembaga
Indonesia Perancis yang terdapat di Jogja, untuk mengisi program “Musim
Semi Penyair” yaitu menggabungkan antara musik hip-hop dengan Puisi. Serat
Jawa dan beberapa syair dari para penyair di Indonesia digabungkan dengan musik
hip-hop.
Jika ditelusuri
secara seksama tentang musik hip hop di Indonesia sendiri, daerah Jogjakarta
merupakan Kota yang paling terbanyak memiliki basiss terbesar selain Jakarta
dan Bandung. Ada 100-an grup hip-hop yang ada di Jogja, tetapi banyak yang
tidak mengetahui tentang adanya itu. JHF sendiri awalnya tidak diterima oleh
masyarakat sekitar, dan lagu mereka pun ditolak oleh beberapa radio-radio di
kota besar, karena terbentur oleh bahasa yang dipergunakannya adalah bahasa
Jawa. Seiring berjalanannya waktu, akhirnya beberapa lagu-lagu mereka
menggunakan campuran bahasa Jawa dan Indonesia.
Jogja Hip Hop
Foundation terdiri dari tiga grup yang tersisa dari kegiatan “Poetry
Battle”, kali ini kita akan membahasnya satu demi satu group tersebut.
KILL THE DJ
Salah satu
persnonil dari JHF ini memiliki nama asli Marzuki Mohamad, pria kelahiran
Prambanan ini merupakan anak seorang petani dan guru agama di daerahnya.
Ia memiliki dua alias, yaitu KILL THE DJ dan CHEBOLANG. Jika melihat dari kehidupannya, Ia pun juga sebagai pendiri dari “Performance Fucktory, Parkinsound, Republic Art, United of Nothing, Whatever Shop, Jogja Hip Hop Foundation”. Ia mengaku bahwa aliran yang dibawanya adalah Elektronika hip-hop. Dari hasil Poetry Battle tersebut menghasil trilogy hip-hop yang semua liriknya diambil teks asli dari “Serat Centhini”. Saat ini Ia sedang melakukan beberapa proyek yang bekerja sama dengan Soimah Sinden Jawa.
Ia memiliki dua alias, yaitu KILL THE DJ dan CHEBOLANG. Jika melihat dari kehidupannya, Ia pun juga sebagai pendiri dari “Performance Fucktory, Parkinsound, Republic Art, United of Nothing, Whatever Shop, Jogja Hip Hop Foundation”. Ia mengaku bahwa aliran yang dibawanya adalah Elektronika hip-hop. Dari hasil Poetry Battle tersebut menghasil trilogy hip-hop yang semua liriknya diambil teks asli dari “Serat Centhini”. Saat ini Ia sedang melakukan beberapa proyek yang bekerja sama dengan Soimah Sinden Jawa.
JAHANAM
Di atas kita telah
membahas tentang “KILL THE DJ” kali ini kita akan sedikit mengupas
dari grup kedua dari JHF yaitu JAHANAM. Mereka sekarang ini merupakan
salah satu crew hip hop yang terkenal di Jogja. Album perdana mereka diberikan
nama Jahanam Su!, di albumnya itu mereka berhasil membuat gairah musik
hip-hop Jogja dan sekitarnya hidup kembali. Hampir lebih dari 20.000 kopi album
mereka laris diseluruh Indonesia dan sampai ke Suriname. Jahanam tetap
pada konsistensi mereka untuk menggunakan bahasa jawa dalam lagu-lagunya dengan
diberikan dentuman musik urban yang hybrid. Didalam Poetry Battle kita
bisa mendengarkan lagu-lagu hip hop yang menggunakan teks dari “Shindunata” sebuah
senyawa yang sempurna. Beranggotakan dua orang yaitu, Balance
(Beatmaker/MC) dan Mamok (MC).
ROTRA
Grup yang ketiga
yaitu bernama ROTRA yang di dalamnya terdapat nama Janu
Prihaminanto a.k.a Ki Ageng Gantas Ia merupakan mantan personil dari G-TRIBE.
Nama G-TRIBE sendiri merupakan salah satu group hip-hop pertama kali yang menggunakan bahasa jawa dalam lagu-lagunya di Jogjakarta, bahkan di Indonesia. Ki Ageng Gantas atau yang lebih dipanggil sehari-harinya Anto ini adalah pionner dari Hip Hop berbahasa Jawa pertama. Sekarang ini Anto bersama rekannya “Lukman Haki a.k.a “Rajapati” kini mereka berdua hadir dengan nama ROTRA tersebut. Ki Ageng Gantas ini terkenal juga dengan pembuatan komposisi musik rap yang easy listening dan mudah diingat, dan tetap mengandung arti kritik sosial.
Nama G-TRIBE sendiri merupakan salah satu group hip-hop pertama kali yang menggunakan bahasa jawa dalam lagu-lagunya di Jogjakarta, bahkan di Indonesia. Ki Ageng Gantas atau yang lebih dipanggil sehari-harinya Anto ini adalah pionner dari Hip Hop berbahasa Jawa pertama. Sekarang ini Anto bersama rekannya “Lukman Haki a.k.a “Rajapati” kini mereka berdua hadir dengan nama ROTRA tersebut. Ki Ageng Gantas ini terkenal juga dengan pembuatan komposisi musik rap yang easy listening dan mudah diingat, dan tetap mengandung arti kritik sosial.
Itulah ketiga grup
yang mempunyai kesamaan dalam bermusik hip-hop Jawa dan berpondasikan oleh Jogja
Hip Hop Foundation.
Mereka
ter-influence dari beberapa seniman dalam negeri, bagaimana usaha mereka dalam
memperjuangkan karyanya agar didengar oleh banyak orang. Tetapi secara fiksinya
mereka juga menjadikan musisi seperti Iwa k, Soul id, Yacko, Saykoji, dan
lainnya sedangkan untuk dari mancanegara, JHF juga menjadikan Public
Enemy, Wu-Tang, Vanilla Ice, dan sebagainya sebagai influence mereka.
Dengan berbagai
keunikan yang dimiliki dari JHF ini, mereka sering sekali mendapatkan beberapa
undangan untuk show di panggung yang sudah kelas internasional. Alasannya
karena mereka menggunakan bahasa jawa hampir semua dalam lagu-lagunya, diawali
dari Negara Singapore mereka bermain diEsplanade Singapore 2009 dan
kemudian pada tahun 2011 JHF diundang bermain di New York dalam acara Asia
Society. Pada tahun 2011, mereka mengeluarkan Film Dokumenter yang diberi judul“HIPHOPDININGRAT” berisikan
sebuah foto-foto dari perjalanan hip-hop jawa, dan akhirnya fllm ini
mendapatkan respon baik dari beberapa kalangan yang berujung mereka diundang ke Festival
Film Internasional.
JOGJA HIP HOP
FOUNDATION bukan hanya sebagai organisasi atau yayasan, melainkan adalah
sebuah wadah yang terbuka untuk semuanya yang memang suka dan cinta dengan
musik hip-hop. Baru-baru ini di tahun 2012, mereka baru saja melakukan
pertunjukkan di New York, terhitung dari tanggal 12 November-12 Desember,
mereka diundang oleh sebuah program yang bernama Center Stage. Indonesia,
Pakistan, dan India merupakan Negara bagian Asia yang diundang.
Rencana kedepan
ditahun 2013 dari JHF sendiri, mereka akan melakukan tur ke Australia. Setiap
setahun sekali mereka pasti memiliki sebuah acara sendiri yaitu berupa konser
tahunan. Di tahun sebelumnya mereka telah membuat konser tersebut di Jakarta
dengan mengambil nama NEWYORKARTO. Satu kebanggaan buat mereka adalah
sehari setelah mereka pulang dari Amerika JHF mendapatkan sebuah penghargaan “Apresiasi
Seni dan Budaya” dari Sri Sultan Hamengkubuwono XI.
Sumber disini
0 komentar:
Posting Komentar